Black campaign yang hari ini menjadi black horse
Berbicara mengenai kampanye tentu sudah biasa kita dengar, namun menilik kembali pada sejarahnya, di negara kita selama ini kampanye wajar wajar saja dilakukan, namun setelah kemajuan teknologi dan boomingnya media sosial, kampanye seakan bergeser jauh dari essensinya, hari ini kampanye menjadi ajang kompetisi karbitan bagi parpol yang ikut berkompetisi. Bahkan mirisnya lagi banyak masyarakat fanatis yang kerap kali merespon segala hal tentang kampanye dengan berlebihan. Anda tentu masih ingat bagaimana presiden Jokowi dikatai dengan anak megawati? Atau Prabowo yang terus dimintai pertangung jawabannya terkait kekerasa terhadap aktivis beberapa tahun lalu. Hal ini tentunya menjadi dilema tersendiri bagi kita menggingat pemilihan umum adalah bentuk perayaan terhadap kebebasan demokrasi.
Disadari atau tidak, kampanye politik dengan cara black campaign perlahan dan pasti telah merusak tatanan politik di Indonesia. Entah suka atau tidak, mau atau tidak mau dan diakui atau tidak, kebanyakan partai politik sudah lama dan kerap kali menggunakan strategi marketing politik dalam berkampanye, salah satu yang popular adalah dengan menggunakan strategi black campaign ini. Tentunya seiring dengan kehadiran media internet sebagai media penembus batas yang dewasa ini telah banyak sekali digunakan oleh masyarakat. Rupanya dalam hal ini para aktor politikjuga tidak mau kalah, nyatanya mereka juga menggunakan ruang media internet sebagai ajang kampanye. Dengan menawarkan aksesbilitas yang sangat mudah dan cepat membuat para pengguna jasa internet menjadi semakin banyak. Black campaign bisa berupa rayuan yang merusak, sindiran atau rumors yang tersebar mengenai sasaran kepada para kandidat atau calon kepada masyarakat agar menimbulkan pemahaman yang dianggap kurang baik, terutama dalam hal kebijakan publik. komunikasi ini diusahakan agar menimbulkan fenomena sikap resistensi dari para pemilih, kampanye hitam umumnya dapat dilakukan oleh kandidat atau calon bahkan pihak lain (tim sukses kandidat) yang secara akal sehat merasa kekurangan materi yang kuat untuk menyerang salah satu kandidat atau calon lain dengan menonjolkan pada permainan emosi para pemilih agar pada akhirnya dapat meninggalkan kandidat atau calon pilihannya.
Seakan menjadi black horse, atau kuda hitam. Black campaign saat ini kerap kali dilakukan untuk mendulang suara, namun pertanyaan yang muncul lantas, apakah semua itu pantas? Demi menggalang suara, kampanye hitam ditebar. Saya rasa hal itu sudah berlebihan. Bahkan, sebelum masa kampanye dimulai pun, hiruk-pikuk penggalangan dukungan rakyat ini sudah terasa oleh publik. Boleh dibilang, media sosial telah membuka ruang bagi pendukung parpol tertentu untuk melakukan pemanasan kampanye. Dengan kata lain, melalui media sosial inilah semua hal yang saya anggap tidak pantas, diangkat ke ruang publik untuk dikonsumsi oleh publik. Hal yang menjadi perhatian lebih lanjut kemudian adalah respon dari masyarakat yang terbawa dalam arus ini, tanpa sadar black campaign telah membuat masyarakat membenci beberapa golongan orang yang tidak sepaham dengan dirinya. Tentu saja hal ini berpotensi memicu kebencian antar sesama masyarakat. Kekhawatiran ini mencuat karena isu-isu yang diangkat dalam kampanye hitam sudah melibatkan sentimen-sentimen kelompok yang berbasis pada rasa primordial dan fanatisme. Sentimen primordial yang negatif akan memicu kebencian terhadap kelompok tertentu. Jika kampanye hitam dibiarkan terus tanpa kontrol, efeknya akan panjang dan berdampak pada rusaknya sendi-sendi persatuan bangsa Indonesia. Semoga kita sebagai masyarakat Indonesia tetap dapat menjaga keutuhan bhinneka tunggal ika dan tidak terhanyut dalam kemelut politik ini.
Disadari atau tidak, kampanye politik dengan cara black campaign perlahan dan pasti telah merusak tatanan politik di Indonesia. Entah suka atau tidak, mau atau tidak mau dan diakui atau tidak, kebanyakan partai politik sudah lama dan kerap kali menggunakan strategi marketing politik dalam berkampanye, salah satu yang popular adalah dengan menggunakan strategi black campaign ini. Tentunya seiring dengan kehadiran media internet sebagai media penembus batas yang dewasa ini telah banyak sekali digunakan oleh masyarakat. Rupanya dalam hal ini para aktor politikjuga tidak mau kalah, nyatanya mereka juga menggunakan ruang media internet sebagai ajang kampanye. Dengan menawarkan aksesbilitas yang sangat mudah dan cepat membuat para pengguna jasa internet menjadi semakin banyak. Black campaign bisa berupa rayuan yang merusak, sindiran atau rumors yang tersebar mengenai sasaran kepada para kandidat atau calon kepada masyarakat agar menimbulkan pemahaman yang dianggap kurang baik, terutama dalam hal kebijakan publik. komunikasi ini diusahakan agar menimbulkan fenomena sikap resistensi dari para pemilih, kampanye hitam umumnya dapat dilakukan oleh kandidat atau calon bahkan pihak lain (tim sukses kandidat) yang secara akal sehat merasa kekurangan materi yang kuat untuk menyerang salah satu kandidat atau calon lain dengan menonjolkan pada permainan emosi para pemilih agar pada akhirnya dapat meninggalkan kandidat atau calon pilihannya.
Seakan menjadi black horse, atau kuda hitam. Black campaign saat ini kerap kali dilakukan untuk mendulang suara, namun pertanyaan yang muncul lantas, apakah semua itu pantas? Demi menggalang suara, kampanye hitam ditebar. Saya rasa hal itu sudah berlebihan. Bahkan, sebelum masa kampanye dimulai pun, hiruk-pikuk penggalangan dukungan rakyat ini sudah terasa oleh publik. Boleh dibilang, media sosial telah membuka ruang bagi pendukung parpol tertentu untuk melakukan pemanasan kampanye. Dengan kata lain, melalui media sosial inilah semua hal yang saya anggap tidak pantas, diangkat ke ruang publik untuk dikonsumsi oleh publik. Hal yang menjadi perhatian lebih lanjut kemudian adalah respon dari masyarakat yang terbawa dalam arus ini, tanpa sadar black campaign telah membuat masyarakat membenci beberapa golongan orang yang tidak sepaham dengan dirinya. Tentu saja hal ini berpotensi memicu kebencian antar sesama masyarakat. Kekhawatiran ini mencuat karena isu-isu yang diangkat dalam kampanye hitam sudah melibatkan sentimen-sentimen kelompok yang berbasis pada rasa primordial dan fanatisme. Sentimen primordial yang negatif akan memicu kebencian terhadap kelompok tertentu. Jika kampanye hitam dibiarkan terus tanpa kontrol, efeknya akan panjang dan berdampak pada rusaknya sendi-sendi persatuan bangsa Indonesia. Semoga kita sebagai masyarakat Indonesia tetap dapat menjaga keutuhan bhinneka tunggal ika dan tidak terhanyut dalam kemelut politik ini.
Comments
Post a Comment